Spoiler

 

Tablo reader up chevron

Introduction

 

 

Your distant stares and your words are spoilers.
I see the end in every little thing you do.
I try to ignore them, but I can feel these spoilers.
Should I sit through it all? Or should I leave now?
There might be a plot twist.

(Spoiler - Epik High)

Comment Log in or Join Tablo to comment on this chapter...

I can't let you go.

(“I’m sorry, you want it to be bolder, bigger, less pathetic.”)

 

 

 

Taehyung tahu.

Tidak perlu menjadi ilmuwan roket untuk tahu.

Dari pesan-pesan dan panggilan telepon yang mulai berkurang frekuensinya, dari janji-janji yang dibatalkan dengan mudahnya, dari intensitas pertemuan yang bisa dihitung dengan jari dalam seminggu, dari kalimat ‘aku cinta kau’ yang kini terdengar seperti basa-basi belaka. Satu SMS ucapan selamat pagi sudah menjadi barang mewah, berpapasan di kampus secara tak sengaja bisa disebut anugerah. Keduanya sudah melangkah terlalu jauh ke arah yang berlawanan tanpa ada titik temu.

Dan bagaimana bisa suatu hubungan tetap berjalan ketika hanya satu orang yang ingin mempertahankan?

Ini bukan salah siapa-siapa, Taehyung selalu berpikir begitu tiap menyadari satu hari yang lain tanpa kabar dari Hoseok. Mereka berdua semakin sibuk dengan kegiatan masing-masing, terlebih sejak bisnis olshop Taehyung lebih berkembang dan menuntut seluruh fokusnya—bukan lagi sekadar bisnis kecil-kecilan yang iseng ia lakukan di waktu senggangnya.

Ini bukan salah Hoseok atau bahkan dirinya, ia memikirkan itu ketika memandang ponselnya yang sepi dari notifikasi—chat LINE dari Jimin dan perang sticker di grup angkatan tidak dihitung, terima kasih. Taehyung tidak tahu apa yang sebenarnya ia tunggu; ucapan selamat tidur atau sekadar pembuktian bahwa Hoseok masih memikirkannya di malam hari?

Pada akhirnya, ia jatuh tertidur dengan ponsel masih dalam genggaman tangan.

Notifikasi yang ia tunggu tidak kunjung tiba bahkan ketika terbangun esok paginya.

 

***

 

Taehyung berwajah lebih muram dari biasanya.

Mungkin ini risiko memiliki pacar yang lebih tua, sesuatu yang sebelumnya tidak sempat terpikir oleh otaknya yang kadang berpikiran pendek. Yaitu Jung Hoseok tentunya akan lulus lebih dulu darinya dan meninggalkan Taehyung di SMA seorang diri. Tentu saja tidak benar-benar sendirian, tapi sekolah jelas akan menjadi tempat yang berbeda tanpa kehadiran Hoseok. Ia sudah terbiasa mengunjungi kelas Hoseok tiap ada waktu kosong atau makan siang dengannya saat jam istirahat. Ia terbiasa bertemu diam-diam dengan sang pacar di perpustakaan atau bolos bersama di UKS.

Sekarang, ia hanya bengong di tempatnya duduk saat jam pelajaran baru saja berakhir. Hoseok pasti akan bertemu banyak orang-orang baru di kampusnya, pikiran itu membuat Taehyung ngeri sendiri. Big Hit University gosipnya adalah kampus swasta dengan presentase jumlah mahasiswa berparas rupawan paling tinggi—alasan lain kenapa Taehyung bertekad masuk kampus itu tahun depan—bagaimana jika di sana Hoseok akan menemukan orang yang lebih menarik dibanding dirinya? Bagaimana jika teman satu jurusan Hoseok semuanya menggodanya? Bagaimana jika Hoseok tidak kuat iman dan langsung selingkuh di hari pertama?

Selagi pikirannya dipenuhi dengan ‘bagaimana’, ponselnya bergetar dan membuyarkan lamunan.

Taehyung mengeceknya dengan malas.

Sender: Hoseok
Jangan lupa makan, Tae
p.s.: aku merindukanmu selama di kampus
p.p.s: aku tidak selingkuh!

Jung Hoseok tidak punya sihir, tapi ia mampu mengubah suasana hati Taehyung hanya dengan satu SMS yang kini bisa dipastikan akan membuatnya tersenyum seharian.

 

***

 

Kim Taehyung
@tae2hyung: Maunya apa? Ku harus bagaimana?
5 minutes ago via twitter for Android

 

Jimin got a jam
@gmintwt@tae2hyung galau mulu...
In reply to Kim Taehyung

 

JK
@jungkookie@tae2hyung jangan galau hyung, orderanku bagaimana?
In reply to Kim Taehyung

 

Seokjin
@seokjinyeah@jungkookie @tae2hyung iya orderanku gimana tae?
In reply to Kim Taehyung and JK

 

Yoongi//Suga
@minyoongix: Kayaknya perlu di tag ke @JHoseok RT @tae2hyung: Maunya apa? Ku harus bagaimana?

 

Jimin got a jam
@gmintwt: HAHAHA RT @minyoongix: Kayaknya perlu di tag ke @JHoseok RT @tae2hyung: Maunya apa? Ku harus bagaimana?

 

Kim Taehyung
@tae2hyung: exit bHAY!
a second ago via twitter for Android

 

***

 

“Punya pacar tapi masih menghabiskan malam minggu sendirian itu menyedihkan.”

Ucapan Jimin bahkan tidak mengganggunya lagi saking seringnya ia mendengar kalimat serupa dari orang-orang. Ini bukan yang pertama kalinya, tidak ada alasan Taehyung harus bermuram durja hanya karena Hoseok sibuk sepanjang weekend. Minggu sebelumnya juga begini, ia berpikir begitu sambil menenangkan diri, tidak akan terasa bedanya. Ia sudah terbiasa dengan kesendirian di malam minggu.

Tidak sepenuhnya sendiri, ia punya dua toko untuk diurus dan pelanggan bawel sejenis Kim Seokjin yang akan protes macam-macam jika barang yang sampai ada cacatnya.

Siapa yang butuh pacar ketika ia punya setumpuk BB Cream yang perlu dipack agar siap kirim keesokan harinya?

“Punya pacar tapi seperti tidak punya pacar itu menyedihkan.”

Ejekan Jimin biasanya dengan mudah akan ia balas, “Yang belum punya pacar lebih menyedihkan.”

“Maaf saja, aku tidak punya pacar tapi bahagia!”

Sialan....

 

***

 

Tidak ada yang romantis dari pernyataan cinta Hoseok untuk pertama kalinya.

Tidak ada bunga, cokelat, boneka singa atau bahkan bulgogi.

Itu hanya obrolan biasa mereka saat makan bersama di kantin pada saat jam istirahat. Taehyung sedang heboh menceritakan beberapa teman sekelasnya yang sudah berkencan, sementara Hoseok hanya diam dan mendengarkan sambil sesekali menyantap makan siangnya.

“—pokoknya mengagetkan sekali melihat foto-foto kencan mereka! Tapi kelihatannya asyik ya punya pacar, kau kenapa tidak cari pacar, hyung?”

Pertanyaan itu terdengar begitu polos seperti anak kecil dan mau tidak mau membuat Hoseok tersenyum tipis, ia mengunyah pelan makananya sambil menjawab. “Sudah punya kok.”

“Siapa, hyung?!”

“Kau.

Jawaban itu begitu cepat, percaya diri, dan tidak ada main-main dalam nada suaranya. Taehyung butuh waktu beberapa saat untuk loading. Ia mengerutkan kening, memandang Hoseok yang masih sibuk makan, sama sekali tidak terlihat gugup atau harap-harap cemas dengan reaksinya. Seakan ia sudah tahu, seakan mereka membagi perasaan yang sama.

Oh.

OH.

“Kita pacaran?”

“Kau tidak mau?”

“Aku mau!”

Selanjutnya, Hoseok tersenyum begitu lebar ke arahnya. Taehyung bersumpah itu adalah senyuman paling indah yang pernah ia lihat.

 

***

 

Happy 1st anniversary, thank you for being my happiness

I love you so much, Kim Taehyung

- always yours, Jung Hoseok

 

***

 

Mereka tidak sengaja bertemu di lapangan parkir saat Taehyung baru saja keluar dari mobil Seokjin—seniornya yang baik hati itu memberinya tumpangan gratis sekalian COD-an (Cash on delivery) untuk transaksi barang.

“Taetae.”

Suara itu begitu familiar, begitu ia rindukan, tapi terdengar begitu jauh saat ini.

“Ah, Hyung.” Taehyung ragu ingin membicarakan apa. Sudah beberapa hari pemuda itu tidak ada kabarnya, inginnya marah atau merajuk—tapi itu sudah berlalu. Untuk beberapa lama memang biasanya ia akan ngambek jika Hoseok terlalu sibuk dan tak ada waktu untuknya, tapi lama kelamaan ia menyadari ia sudah mulai terbiasa. Tidak bertemu tanpa saling mengabari rasanya bukan hal besar lagi sekarang. “Sukses perform-nya semalam?”

Hoseok melengkungkan senyuman miring, senyuman yang selalu disukai Taehyung. “Sukses.” Ia lalu merentangkan tangan, “Peluk aku?”

Sekacau apa pun hubungan mereka kini, Taehyung tidak perlu berpikir dua kali untuk merengsek maju dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Jung Hoseok. “Selamat, Jung Hoseok-nim,” ujarnya selagi memeluk Hoseok erat. “kau akan jadi rapper nomor satu di Korea suatu saat nanti.”

Hoseok tertawa, dan ketika ia terawa tubuhnya agak bergetar, jenis getaran yang membuat Taehyung merasa nyaman. “Hanya di Korea?”

“Kau masih belum bisa mengalahkan Eminem-nim.”

Kembali tawa keras terdengar.

“Tapi kau sudah menjadi nomor satu di hatiku.”

Tawa itu mereda, berganti dengan elusan lembut di punggungnya.

Ini adalah gestur penuh cinta, kata orang-orang. Tapi kenapa yang Taehyung rasakan justru rasa kasihan dari tiap sentuhan Hoseok padanya?

 

***

 

Jika ini hubungan yang baru berjalan beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan, Taehyung mungkin akan bersikap seperti pacar yang menyebalkan—yang selalu menuntut pasangannya agar selalu memberi kabar tiap jam mengenai aktivitas apa saja yang sedang dilakukannya. Tapi ini hubungan yang sudah dibangun selama dua tahun dengan persahabatan mereka sebagai fondasinya, angin badai yang menghadang seharusnya bukan masalah.

Seharusnya.

Taehyung mulai mencapai pada pikiran terburuknya, pikiran yang selama ini tidak pernah ingin ia pikirkan, tidak berani ia suarakan keras-keras, sebuah pertanyaan paling fundamental dalam suatu hubungan: apakah Hoseok masih mencintainya?

Ia jauh lebih tersiksa dengan kemungkinan Hoseok tetap bertahan dengannya hanya karena kasihan. Kasihan pada dirinya, kasihan pada hubungan mereka yang sudah berumur dua tahun, kasihan untuk meninggalkan semuanya—pikiran-pikiran seperti itu yang akhir-akhir ini mengganggu konsentrasinya. Mungkin pada akhirnya rasa cinta memang mempunyai tanggal kedaluwarsa, mungkin hubungan yang terjalin terlalu lama akan membusuk juga lama kelamaan.

 Inginnya memperjelas semuanya di kesempatan selanjutnya ia bertemu pemuda itu, tetapi tidak pernah ada pertanyaan yang terucap. Ia tidak berani mendengar jawabannya. Ia takut jika pertanyaan itu keluar, maka semuanya benar-benar akan berakhir di antara mereka.

Dan ia belum siap kehilangan Hoseok.

 

***

 

Happy 2nd anniversary!

Thank you for never giving up on me and always remaining by my side :)

I love you, Tae, so much

- always yours, Jung Hoseok

 

***

 

Taehyung baru saja selesai kuliah sore hari ini, dan tepat di luar ruang kelas ia melihat pemuda itu. Jung Hoseok berdiri menunggu di depan pintu kelasnya. Tubuhnya menyandar di tembok dan tangan terlipat di atas dada, ia langsung menghampiri Taehyung ketika pandangan mereka bertemu.

“Tae.

Hyung.”

Ada kecanggungan aneh yang keduanya sama-sama sadari, sebuah jarak di antara mereka yang tidak terpungkiri lagi.

“Ada acara sehabis ini?”

“Nanti malam mau pergi dengan Jimin dan Jungkook,” Taehyung menjawab lambat, ia memandang Hoseok. “Tapi sekarang aku senggang.”

“Bisa aku minta waktumu sebentar, Tae?”

Kau mempunyai semua waktuku, hyung. Kau tidak perlu bertanya, semua waktuku adalah milikmu seandainya kau tahu.

“Ada yang ingin aku bicarakan.”

Orang bilang, kita bisa merasakannya. Saat-saat menjelang hubungan akan berakhir, kita bisa merasakannya. Kita tahu. Ada perasaan tidak nyaman di perut yang terus bergejolak, ada rasa sesak di dada tanpa sebab yang jelas, ada dorongan untuk menangis keras begitu saja.

Taehyung merasakan itu semua sekarang ketika mengikuti langkah Hoseok.

 

***

 

“Tae, lihat bintang di atas sana.”

“Ada banyak, hyung, yang mana tepatnya?”

“Yang mana saja.”

“Hm, ya, kenapa?”

“Bintangnya terang, tapi tidak seterang matamu.”

“Gombalmu mulai kumat, wahai makhluk Pluto.”

“Hei, ini masih lebih baik daripada kau yang membandingkanku dengan bayi singa saat kita ke kebun binatang kemarin, Alien-nim.”

“Bayi singa itu menggemaskan!”

“Aku juga menggemaskan!”

“Karena itu aku membandingkanmu dengan bayi singa.”

 

***

 

Taehyung tahu hubungan mereka akan berakhir bahkan sebelum Hoseok memutuskannya. Maka ketika Hoseok benar-benar melakukannya, itu tidak mengagetkan lagi. Ia hanya diam dan mendengarkan semua yang dikatakan pemuda itu tanpa ada niat untuk membantah.

Suatu hubungan mustahil tetap berjalan jika hanya satu orang yang mempertahankan—dan sejujurnya Taehyung pun sudah lelah terus-terusan bertahan.

Mungkin karena itu ia tidak membantah ketika Hoseok menyebutkan semua alasan kenapa sebaiknya mereka berakhir, mungkin karena itu ia diam saja menerima semua perkataan Hoseok. Karena sesungguhnya yang Hoseok katakan adalah kenyataannya—mereka terlalu sibuk untuk satu sama lain.

Taehyung menunggu kalimat di mana Hoseok akan mengucapkan ‘Aku sudah tidak mencintaimu lagi’. Taehyung ingin menghadapi ketakutan terbesarnya dengan mendengar secara langsung dari mulut Hoseok pikiran terburuknya yang biasanya selalu berputar dengan keras di kepala. Taehyung terus menunggu kalimat itu keluar. Tapi Hoseok tidak pernah mengatakannya.

Maka ia tanpa sadar menyuarakannya, “Kau sudah tidak mencintaiku, hyung?”

“Aku mungkin akan selalu mencintaimu, Taehyungie.” Hoseok bergumam dengan nada sedih. “Tapi tidak seperti dulu, tidak dengan cara yang sama seperti dulu.”

Taehyung memutuskan bahwa kalimat itu sama saja dengan mengatakan bahwa cinta Hoseok padanya sudah kedaluwarsa.

 

***

 

“Aku suka bayi singa, makhluk Pluto.”

“Aku cinta kau, Alien-nim.”

 

***

 

Kim Taehyung and Jung Hoseok ended their relationship. comment - like

 

Comment Log in or Join Tablo to comment on this chapter...
~

You might like corazon's other books...