numb

 

Tablo reader up chevron

numb

Rasanya aku tidak pernah merasa setolol ini sebelumnya, bukannya aku sangat mencintainya atau apa, tapi mendengarkan kalimat yang pernah kau katakan kembali ditujukan padamu seperti sebuah pengkhianatan yang luar biasa bagiku.

“Maaf Ray... Tapi menurutku apa yang terjadi diantara kita berdua tidak akan berhasil.”

Aku hanya diam terpaku. Rasanya aku sudah menarik salah satu sudut bibirku untuk merendahkannya, tapi sepertinya segalanya berakhir tanpa aku melakukan itu. Dan disitulah aku, menunduk seperti pengecut didepannya dan suaminya yang mendekapnya seperti memenangkan sebuah tropi.

Dulu, saat kami duduk dibangku kuliah, dia pernah meninggalkanku untuk pria lain. Tak kusangka belasan tahun kemudian dia kembali mencariku, menumpahkan segala tumpah ruah perasaannya yang hancur karena kegagalan dalam pernikahannya. Berharap merengkuh kembali apa yang pernah kami miliki.

Aku memang tidak mencintainya sedalam itu, tapi tak kusangka aku selalu bisa menjadi orang yang tidak Ia pilih. Kalau aku mencintainya, tentu gemuruh di dadaku sekarang ini akan jauh lebih sepadan. Kenapa dia selalu berhasil menjadikanku tembok ratapannya, kemudian pergi seperti seolah-olah aku lebih menginginkannya daripada dirinya sendiri?

Aku sedang dimanfaatkan oleh seorang wanita yang selalu bisa kembali kapan saja padaku, apakah sekarang ini Ia pikir akulah yang tergila-gila padanya? Menunduk seperti pengecut padahal hatiku sedang terkikik geli? Kenapa aku tidak bisa mengatakan sesuatu yang menyakitkan?

Aku merasa kesulitan sekali mendiskripsikan perasaan seperti ini. Apa namanya ya?

Received 12/ 06/ 2014

Ray...maafkan aku

Tapi kau selalu memiliki ruang dihatiku selamanya.

Sender: Lusi

Aku 32 tahun. Bujangan yang membiarkan seorang wanita berpikir aku membujang untuknya, padahal aku sendiri tidak mengerti untuk apa aku bersikeras untuk sendirian. Apakah Tuhan lupa memberiku minat pada percintaan? Kenapa hidupku terus terasa hampa? Kenapa tak ada bedanya antara saat dia berada disini kemarin dan tanpanya hari ini? Kenapa aku tidak merasa sakit hati?

Received 12/ 06/ 2014

Ray... kenapa kau tidak menjawab telponku?

Sender: Lusi

Ibu tiba-tiba masuk dan menghentikan permainan gitarku, “Makan malam sudah siap.” Katanya, jemarinya yang tua meraih ponsel yang berdering dan memperhatikan layarnya dalam diam. Dengan tenang Ia menenggelamkan ponsel itu kedalam akuarium di meja.

“Kita beli lagi kalau dia sudah berhenti mengganggumu. Mari makan malam.”

“Ya...”

Comment Log in or Join Tablo to comment on this chapter...
~

You might like Kincirmainan's other books...